Bunga Sakura dan Filosofinya
Pertama kita mendeskripsikan tentang Jepang, pasti ada salah satu
pokok bahasan kita yang akan menyangkut dengan sesuatu yang memang
telah menjadi ciri khas dari negara ini. Ya, bunga Sakura misalnya.
Bunga Sakura di Jepang akan mekar setiap musim semi datang, dan seakan
memberikan kecerahan dan memekarkan harapan bagi masyarakat Jepang.
Ketika masa ini, akan ada perayaan bagi masyarakat Jepang yang disebut
dengan “Hanami”, di mana mereka akan berjalan-jalan di taman bunga
Sakura dan duduk sambil makan-makan di bawahnya.
Bunga Sakura adalah simbol pengingat tentang adanya hukum kebalikan
di dunia ini. Di mana ada kebahagiaan, di situ ada kesedihan. Di mana
ada senyuman, akan selalu ada tangisan. Semua yang berkebalikan di dunia
ini disimbolkan oleh bunga Sakura. Setiap kali bunga Sakura bermekaran,
akan selalu ada pertanda senyuman dan kebahagiaan yang menghiasi dunia
ini. Namun saat daun-daunnya berguguran, akan datang saat kesunyian dan
kesedihan yang menjadi teman.
Bunga Sakura ketika mekar hanya berumur seminggu. Sungguh waktu yang
sangat singkat. Namun, dari waktu yang singkat itu, bunga Sakura telah
bisa membagikan kebahagiaan ke semua orang. Bunga Sakura telah mampu
membuat setiap orang akan merindukan kedatangannya lagi di tahun depan.
Ya, bunga Sakura akan selalu dinanti.
“Bunga sakura, saat mekar tanpa pamrih, tanpa beban apa pun, dengan ketulusan dalam memberikan kepuasan dan kekaguman pada tiap orang untuk menikmatinya. Gugurnya bunga sakura akan sangat disayangkan banyak orang. Hidup Sakura itu bak cermin keberhasilan seseorang. Begitu kita mati, orang merasa kehilangan.”
SAKURA adalah JANJI. Yang walau usianya terlalu singkat, tapi ia
BERJANJI akan kembali mekar di musim semi selanjutnya. Ia akan kembali
membagi keindahannya, ia akan kembali membagi keceriaan bagi siapa saja
yang memandangnya. Sakura BERJANJI akan datang lagi. (diambil dari blog
lain)
“Setiap kali bunga sakura bermekaran, di suatu tempat lonceng harapan
pun bergema.. Selalu percaya hari esok, kita melangkah dengan
berani.. Setiap kali bunga sakura bermekaran, di suatu tempat seseorang
tengah berdoa, untuk datangnya hari esok yang kita gapai dengan usaha
kita sendiri..” (Sakura No Hanabiratachi/Kelopak Bunga Sakura)
Di sini, saya selalu berharap suatu hari nanti bisa meraih bunga
Sakura. Saya selalu berharap suatu hari bisa melihat bunga Sakura
berguguran, dan merindukannya lagi untuk memekarkan harapan-harapan yang
biasanya terlupakan.
….
“Bersamaan dengan warna jingga yang telah terlukis merata di langit
kita, secara tiba-tiba kamu terdiam lalu memegang tanganku. Bayangan
hitam memanjang, mencoba memudarkan bersama dengan cahaya langitnya.
Sepulang sekolah pada waktu itu, aku merasa bahwa kita akan selalu bersama. Tiada keharusan bagiku untuk mengucapkan selamat tinggal. Tapi, kita sama-sama tahu, kita akan memulai perjalanan baru sebagaimana yang aku ragukan dan aku sembunyikan tentang jalan masa depan yang tak berbatas. Kamu tersenyum, dan impian-impianmu berkilauan menyilaukan untuk mencoba meninggalkan sedikit yang tersisa di musim ini.
Kita bermain dengan bebas, sambil berandai seolah kita tak akan pernah berpisah dalam perjalanan menuju hari esok. Sepuluh tahun kemudian, walau kita berada di bawah langit yang berbeda, kita pasti akan baik-baik saja, kan?
Kini, kita telah melambaikan tangan di persimpangan jalan. Setiap aku berjalan menaiki tanjakan kecil menuju rumahku dan tiap aku membalikkan badanku, siluetmu terlihat semakin mengecil. Kita semakin menjauh. Tapi aku tak pernah lupa tentang janji-janji masa kecil itu, juga semua mimik wajahmu yang membuatku senang.
Walaupun semua momen yang kita ciptakan bisa saja suatu hari hanya akan cukup menjadi kenangan. Kenangan yang tak jauh beda dengan matahari yang menghilang oleh cakrawala langit yang menyambut malam.”
(Ashita e no Kaerimichi)
Sepulang sekolah pada waktu itu, aku merasa bahwa kita akan selalu bersama. Tiada keharusan bagiku untuk mengucapkan selamat tinggal. Tapi, kita sama-sama tahu, kita akan memulai perjalanan baru sebagaimana yang aku ragukan dan aku sembunyikan tentang jalan masa depan yang tak berbatas. Kamu tersenyum, dan impian-impianmu berkilauan menyilaukan untuk mencoba meninggalkan sedikit yang tersisa di musim ini.
Kita bermain dengan bebas, sambil berandai seolah kita tak akan pernah berpisah dalam perjalanan menuju hari esok. Sepuluh tahun kemudian, walau kita berada di bawah langit yang berbeda, kita pasti akan baik-baik saja, kan?
Kini, kita telah melambaikan tangan di persimpangan jalan. Setiap aku berjalan menaiki tanjakan kecil menuju rumahku dan tiap aku membalikkan badanku, siluetmu terlihat semakin mengecil. Kita semakin menjauh. Tapi aku tak pernah lupa tentang janji-janji masa kecil itu, juga semua mimik wajahmu yang membuatku senang.
Walaupun semua momen yang kita ciptakan bisa saja suatu hari hanya akan cukup menjadi kenangan. Kenangan yang tak jauh beda dengan matahari yang menghilang oleh cakrawala langit yang menyambut malam.”
(Ashita e no Kaerimichi)
0 komentar:
Posting Komentar